Future of The Past 01


CHAPTER 1:
UTOPIA

Anak itu berjalan dengan girang melewati bangunan perkotaan yang masih kental dengan taste tradisional Jawa. Dia menyapa tiap orang yang ia temui dan melewati gang-gang sempit yang dapat ia lacak dari GPS canggihnya. (Bahkan kini dia dapat melihat navigasi terowongan semut dengan itu!) Beberapa spesies hewan aneh ia temui di antara rimbunan pohon ataupun sela-sela rumah. Innatural Creature aka Mutan , itulah sebutan makhluk bernyawa keluaran laboratorium yang kini bebas berkeliaran dan hidup berdampingan dengan manusia. Anak itu tertawa dan sesekali mengusap kepala beberapa di antaranya yang memiliki tubuh pendek seukuran dirinya (Sebagian creature lainnya berukuran lebih besar dari manusia atau gedung bertingkat.)

Gadis itu memasuki sebuah kedai yang perancangan arsitekturnya telah bersentuhan dengan teknologi canggih namun tetap mempertahankan langgam tradisionalnya. Sugeng rawuh1 , sebuah android berbentuk Barong kecil dengan wajah lucu menyambut tiap pengunjung yang datang. Anak itu langsung memeluk Kakek pemilik kedai dan duduk di bangku kayu sambil memesan menu favoritnya. Begitulah keseharian anak kecil polos yang tengah beranjak remaja itu, Wise.

( Dalam Kedai Mbah Cahyadi)

Wise: “Wise sudah sampai bab terakhir lho, Kek. Hehe.”

Kakek: “Wah, bagus Nduk. Semoga lancar, ya. Nanti Kakek buatin makanan kesukaanmu kalau udah khatam2 (selesai).”

Wise:  “Hehe, sip Kek. Minta doanya, ya. Oh iya! Minta sambelnya lagi hehe.”

Kakek: “Hehe. Sip, sip. Mana mangkoknya?” (mengusap muka sang anak yang kotor)

Wise: “Yeey!” (menyerahkan mangkoknya)



(The Great Palace of Arcana Pura)

Raja: “Bagaimana perjanjian kita dengan mereka?”

Pengawal: “Mereka tidak mengindahkannya, Tuan.”

Raja: “Apakah dua lainnya juga?”

Pengawal: “Ya, Tuan.”

Raja: “Tawarkan lagi pada mereka. Jika tak berhasil, kita terpaksa angkat senjata.”

Pengawal: Baik, Tuan.



(Kembali ke Kedai Makan Mbah Chayadi.)

Setelah selesai mencuci piring bekas makannya, gadis itu kembali duduk di kursi kayu panjang yang juga berfungsi sebagai tempat pemesanan. Ia suka bertemu dengan orang-orang baru dan bercengkerama bersama Kakeknya yang telah tua namun masih memiliki semangat hidup tinggi.

Wise: “Mbah, mbah, tadi Wise ketemu hewan raksasa di perempatan jalan. Tinggii banget. Kok bisa ya ada hewan tinggi di tengah kota? (Kan serem hehe)”

Kakek: “Itu berkat penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan kita. Yang itu gunanya untuk mengawasi kota ini. Kalau ada anak nakal biar di.. HAP!”

Wise: “Ahahaha! Geli geli! Kalau begitu Wise besok mau jadi ilmuwan agar bisa buat yang semacam itu. Untuk nangkep anak nakal ahihihi.”

Ratih: (masuk dalam kedai)

Android: Sugeng rawuh!

Ratih: “Katanya kemarin mau jadi pilot, sekarang jadi ilmuwan. Pilih salah satu, lah. Jangan rakus hehe.”

Celetuk remaja perempuan yang juga merupakan pelanggan tetap di kedai itu sambil bercanda.

Wise: “Eeeh, Mbak Ratih!” (sambil loncat ke dekapan Ratih)

Kakek: “Eeeh, Nduk Ratih. Piye kuliahnya? Cemberut terus nih kelihatannya. Ya biar lah anak kecil berimajinasi sesuka mereka.” (sambil tersenyum pada Ratih)

Mbak:  Enjiih, Mbah. Ratih Cuma bercanda kok hehe. Pecel satu nggih, Mbah.”

Kakek: “Siap!”

Wise dan Ratih yang tengah menikmati pecelnya bercengkrama. Wise tertawa sepanjang percakapan. Tiba-tiba, Ratih berlari menuju luar.

Mbak: “Mau ke mana, Wise?”

Wise: “Mau jalan-jalan dulu, Mbak! Wise akan segera kembali.”

Mbak: “Oh iya. Hati-hati, yaa!”

Wise: (melambaikan tangan)

Kakek: (melambaikan tangan sambil tersenyum)

Mbak: (memasang wajah heran, lalu kembali menyangga kepalanya)


Kakek: "Jangan dipikir saja masalahnya."


Mbak: (tertawa malu)

Di luar, Wise melihat suatu hal berbentuk naga tengah melintasi langit kota.

Wise: “Woaaah!”

(Alarm tanda peringatan berbunyi)

Creature berleher panjang yang tadi ia bicarakan dengan kakek mengaktifkan alarm tersebut. Dia menjulurkan leher panjangnya untuk mendekati Wise  yang berdiri tak jauh darinya.

Mutan A: “Pergilah ke tempat tinggalmu, Nduk.”

Wise mengangguk. Di dalam kedai, berita tentang suatu pemberontakan di daerah Ascana Pura yang jauh dari City disuarkan.

Wise: (menatap kakeknya)

Kakek: “Tenang, Nduk. Jangan takut. Selama kamu di dunia ini kamu tidak akan apa-apa karena semuanya sudah diatur dan dijamin oleh Dzat Penguasa. Percaya sama omongan Mbah.”

Wise: (tersenyum lebar) “Kalau ada Mbah, Mbak Ratih, dan teman-teman Wise tidak akan takut! Hehehe.” (memeluk keduanya)

---

Di suatu tempat, seorang gadis dengan rambut yang disanggul tengah bersiap dengan creature-nya untuk memulai petualangan. Jarik yang ikut menutupi bagian paha dan kakinya berkibar tertiup angin. 

Bersambung 



Comments

Popular posts from this blog

Satu Atap - Misi

1st Day