1st Day

Prologue:
Dahulu, aku hanyalah anak kecil biasa. Tumbuh di keluarga yang biasa dan memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja. Hidupku saat itu terasa damai, namun aku merasa bahwa kehidupan seperti itu sangatlah membosankan. Hari itu, pada hari ulang tahunku yang ke-13 aku membuat permohonan agar kehidupanku pada tahun ini dan seterusnya tidak pernah membosankan. Setelah itu, aku merasa ada yang berubah dari diriku. Aku dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Sesuatu yang mungkin banyak orang tidak mempercayainya.  Sesuatu yang sebenarnya tidak ingin aku lihat. Hantu. Pada awalnya aku merasa sangat ketakutan akan pengelihatan ini. Aku mengatakan kepada orang tuaku, namun mereka tidak percaya. Mereka berkata padaku mungkin itu hanyalah imajinasiku belaka. Jika itu hanyalah imajinasi belaka, kenapa mereka selalu ada di hadapanku? Padahal aku berusaha untuk tidak memikirkan apapun. Suatu hari ayah dan ibuku membawaku ke psikolog, disana aku mengatakan semuanya kepada sang psikolog termasuk permohonan yang kubuat di ulang tahunku yang ke-13. Beliau sesekali mengangguk dan mendengarkan ceritaku dengan seksama. Beliau percaya pada ceritaku dan menyarankan padaku agar aku tidak menghiraukan apa yang aku lihat selama ini. Setelah itu aku melakukan terapi rutin dengan beliau selama 6 bulan. Terapi tersebut berhasil dan aku sudah mulai terbiasa dengan pengelihatan ini.
Main Story:
Saat ini usiaku 16 tahun. Sekarang aku ini memulai  ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA. Aku akan memulai kehidupan yang baru, bersama dengan ‘pengelihatan’ ini yang sudah ada pada diriku selama 3 tahun lalu. Jika ditanya apa yang aku rasakan selama 3 tahun ini, aku akan berkata “Buruk!”. Maka dari itu, di tahun yang baru ini dan di sekolah yang baru ini aku akan berusaha merubah kehidupanku yang buruk menjadi kehidupan yang baik. Selamat tinggal masa kelam, selamat datang masa SMA!
Titititit-tititit-tititit *suara alarm
Aoki : “ Hoooaaaaammm..”  *menguap sambil mematikan alarm
“Oh, iya. Ini hari pertamaku masuk ke sekolah.”
Kemudian aku mengambil seragam baruku dan pergi ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian.
Aoki : “Segarnya mandi di pagi hari.” *sambil berjalan ke arah dapur
Ibu : “Aoki? Kamu sudah bangun? Kamu juga sudah mandi?!”  *ibu melihatmu dengan kaget
Aoki : “Hari ini kan hari pertama aku masuk ke sekolah, bu.”
Ibu : “Iya, ibu tahu.”
Aoki : “Anakmu ini kan sudah SMA, jadi ibu tidak perlu kaget kalau aku bisa bangun sendiri dan mandi sendiri tanpa disuruh ibu.”
Ibu : “Iya, ibu paham. Tapi masalahnya, coba kamu lihat sekarang jam berapa.”
Aoki : “Sekarang jam-  Haahh??!  4.15?
Ibu : “Itu yang ibu kagetkan daritadi. Ya sudah, sekarang kamu bantu ibu masak sini.”
Untuk mengulur waktu, aku membantu ibu menyiapkan sarapan. Niat ingin membantu, namun apadaya skill tidak memadai. Yang aku lakukan hanyalah merepotkan beliau.
Ibu : “Sudah sana, kamu beres-beres buku untuk sekolah.”
Aoki : “Tadi suruh bantuin, sekarang ngusir.”
Ibu : “Sudah sana, jangan ganggu ibu. Nanti sarapannya nggak jadi-jadi.”
Aoki : “Ok..ok..”
Kemudian aku kembali ke kamar dan mulai meyiapkan buku-buku yang akan dibawa ke sekolah. Setelah selesai aku melihat ke arah jam. Masih jam 5 padahal sekolah dimulai jam 7, sekarang apa yang lebih baik aku lakukan?
❶ Menonton TV ❷Tidur lagi
Rute Menonton TV:
Aoki : “Daripada nganggur lebih baik nonton TV, siapa tahu ada acara bagus.”
Kemudian aku pergi ke ruang tengah dan menyalakan TV. Di channel 1 berisi tentang berita-berita politik yang tidak aku mengerti.
Aoki : “Next.”
Di channel 2 berisi tentang  acara fashion show yang aku sendiri tidak tertarik melihatnya.
Aoki : “Next.”
Di channel 3 berisi tentang acara anak-anak yang dulu sudah bernah kamu lihat berkali-kali.
Aoki : “Next.”
Di channel 4 ada film kesukaanku yang sedang ditayangkan.
Aoki : “Ini baru menarik.”
Kemudian aku menghabiskan waktuku untuk menonton film ini. Tak terasa waktu berlalu, hingga..
Ibu : “Aoki!! Mau sampai kapan kamu nonton TV? Lihat sekarang jam berapa?”
Aoki : “Sebentar, bu. Ini lagi asik-asiknya, palingan masih lam-  APAAA!! Jam 6.45?!”
Kemudian aku berlari ke kamarku untuk mengambil tas dan berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
Loncat ke A


Rute Tidur lagi:
Aoki : “Mungkin labih baik aku tidur lagi saja. Lagipula waktunya masih lama. ”
“Hoooaaaamm. Aku masih ngantuk.”
Aoki : “Tunggu, tapi kalau aku ketiduran terlalu lama bisa gawat.”
Lalu aku mengambil alarm dan mengubah alarmnya menjadi jam 6.00.
Aoki : “Tidur satu jam sudah cukup buatku.”
Kemudian aku tertidur pulas. Tak terasa waktu berlalu, hingga..
BRAAAKK!! *suara pintu
Ibu : “Aoki!! Mau sampai kapan kamu tidur terus? Lihat sekarang jam berapa!”
Aoki : “Ngggghhh.”
“Masih lama saja, bu. Buktinya alarmku belum bunyi.”
Kemudian ibu mengambil alarm mu.
Ibu : “Jelas saja alarm mu nggak bunyi, beterainya saja sudah habis.”
Aoki : “Haaah?!” *Seketika kamu tidak merasa ngantuk lagi
“Sekarang jam berapa, bu?”
Ibu : “6.45”
Segera aku mengambil tasku dan berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
Loncat ke A

A
Di tengah perjalanan
Aoki : “Gawat, aku bisa terlambat untuk upacara penerimaan ini!”
Kemudian aku berlari secepat mungkin.  Namun ada suara-suara yang menggangguku.
Hantu A : “Ahh siapa lagi ini kalau bukan Aoki.”
Hantu B : “Wah, wah. Nak Aoki kenapa kamu terburu-buru.”
Aku berusaha tidak menghiraukan mereka, namun mereka tetap saja mengejarku.
Hantu A : “Aoki! Tega sekali kamu tidak menghiraukan kami.”
Aku tetap berlari mengejar keterlambatan.
Hantu B : “Oh, mungkin dia sedang terlambat untuk kencan.”
Brukk. Aku terjatuh setelah mendengar perkataan terakhir tadi.
Aoki : “Maaf ya, saya disini bukannya tega tidak menghiraukan ibu-ibu sekalian. Dan saya terburu-buru bukan karena akan kencan, namun karena ini adalah hari pertama saya masuk ke sekolah baru. Bukankah sudah jelas saya sedang menggunakan seragam sekarang?”
Hantu B : “Wah, wah. Nak Aoki sudah besar ya, sekarang sudah SMA.”
Hantu A : “Padahal dulu dia itu masih kecil. Anak-anak jaman sekarang pertumbuhannya cepat ya.”
Kemudian aku melanjutkan lariku dan meninggalkan mereka berdua saling berbincang-bincang. Awalnya aku kira penghalangku sudah hilang, namun ternyata.
Tachi : “Oooyy!! Aoki!” *sambil melambaikan tangannya kepadamu
Aoki : “Maaf, Tachi. Aku sedang terburu-buru. Sampai jumpa.” *aku berlari melewatinya
Tachi : “Eiitts! Tunggu dulu.” *dia menarik tanganmu
Aoki : “Aduh, tolong jangan sekarang deh. Aku bisa-bisa terlambat upacara penerimaan ini.”
Tachi : “Oh, jadi mulai hari ini ya kamu mulai masuk sekolah. Kalau aku sih-“
Aoki : “Adios!”  *aku langsung berlari dengan kecepatan penuh
Tachi : “Eh?”
Aku melihat jam tangan di ponselku, kurang 2 menit lagi. Dan pintu gerbang sekolah sudah terlihat di depan mataku.
Beruntung aku tidak terlambat. Setelah ini aku harus pergi ke aula untuk upacara penerimaan. Begitu aku akan kesana, tiba-tiba. Bruuk.
??? : “Ma-maaf aku tidak sengaja.”
Aoki : “Iya, tidak masalah.”
??? : “Wah, gawat! Aku bisa terlambat upacara penerimaan.” *kemudian perempuan itu pergi
Aku pun harus segera pergi, namun aku melihat sesuatu yang membuatku terhanti. Cincin? Mungkin cincin ini milik perempuan itu. Kemudian aku mengambilnya dan segera pergi ke aula.




Di aula
Tidak begitu banyak yang aku lakukan di aula, hanya berbaris dan mendengarkan pidato kepala sekolah. Tiba-tiba aku melihat sosok besar secara sekilas melewati panggung. Aku berusaha melihat sekelilingku, namun aku tidak dapat menemukannya. Mungkin itu cuma perasaanku saja?


Di kelas
Karena ini adalah hari pertama, maka belum ada pelajaran yang efektif. Pada hari pertama ini, yang kulakukan hanyalah saling memperkenalkan diri kepada murid lainnya. Begitu pula dengan gurunya.
Kriiing..  *bel sekolah
Hari pertama terasa cepat berlalu. Semuanya terlihat normal-normal saja. Aku bersyukur, tidak ada orang yang berasal dari SMPku. Aku merasa masa-masa SMA ini akan terasa menyenangkan.

Di halaman sekolah
Ketika aku ingin pulang, aku mendengar suara tangis perempuan. Awalnya aku ingin mengacuhkannya, tetapi karena penasaran akhirnya aku mendekati asal suara tersebut. Disana aku melihat seorang perempuan yang sedang menangis dan seorang lelaki yang mencoba menghiburnya. Melihat hal ini aku.
❶Tidak bisa tinggal diam ❷Diam dan dengarkan mereka
Rute tidak bisa tinggal diam:
Kemudian aku langsung menghampiri mereka berdua. Mereka berdua terlihat kaget akan kedatanganku.
Aoki : “Maaf, tapi apa yang kamu lakukan sehingga dia menangis?” *aku bertanya ke lelaki tersebut
Lelaki : “Aku tidak melakukan apa-apa.”
Aoki : “Jangan bohong! Seharusnya sebagai lelaki kamu seharusnya malu karena telah membuat perempuan menangis.”
Perempuan : “Tidak! Aku menangis bukan karena dia. Dia tidak bersalah. Aku yang bersalah.”
Aoki : “Kalau bukan karena dia, lalu apa?”
Perempuan : “Aku menghilangkan cincin pertunangan kami.”
Aoki : “Apa? Jadi kalian berdua bertunangan?”
Mereka berdua mengangguk.
Aoki : “A-ah. Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud mengganggu privasi kalian.”
Lelaki : “Tidak apa, setiap orang dapat melakukan kesalahan.”
Aoki : “Tunggu dulu, dia bilang dia kehilangan cincin. Kalau dilihat-lihat perempuan ini mirip dengan perempuan yang tadi pagi menabrakku. Jangan-jangan cincin yang dimaksud.” (bicara dalam hati)*kemudian aku merogoh sakuku
Aoki : “Apa ini maksudmu? Benda ini terjatuh ketika kita bertabrakan tadi pagi.” *aku memperlihatkan cincinnya
Perempuan : “Iya! Itu dia. Terimakasih!” *kemudian dia tersenyum dan menerimanya
Lelaki : “Terima kasih, ehhm?”
Aoki : “Keisuke Aoki. Panggil saja Aoki.”
Lelaki : “Ah, Aoki. Terimakasih banyak. Kalau tidak salah kita sekelas bukan?”
Aoki : “Sepertinya begitu.”
Lelaki : “Bagus! Aku merasa kita bisa menjadi teman baik. Namaku Hinata, Koyama Hinata. Jika aku memanggilmu Aoki maka kamu juga harus memanggil nama depanku.”
Aoki : “Salam kenal, Hinata.”
Perempuan : “Uhm, aku Yamase Mizu. Salam kenal, Aoki.”
Aoki : “Salam kenal, Mizu.”
Setelah itu kami bertiga pulang bersama. Aku merasa hari pertama bersekolah disini sangat menyenangkan. Aku mendapat teman baru dan sekali lagi tidak ada anak yang se SMP denganku.
Rute diam dan dengarkan mereka:
Perempuan : “Maaf, maafkan aku.”
Lelaki : “Sudah, sudah. Jangan mengangis terus. Ayo kita coba mencarinya lagi.”
Perempuan : “Maaf aku tidak bisa menjaga cincin pertunangan kita.”
Lelaki : “Sudah, sudah. Kamu tidak bersalah. Ayo kita cari lagi.”
Perempuan : *mengangguk
Cincin? Pertunangan?! Jadi mereka sudah bertunangan. Kalau dilihat-lihat perempuan ini mirip dengan perempuan yang tadi pagi menabrakku. Jangan-jangan cincin yang dimaksud.
Aoki : “Permisi.”
Mereka berdua kaget melihat kedatanganku.
Aoki : “Maaf menganggu, apa cincin ini yang kalian maksud?” *aku memperlihatkan cincinnya
Perempuan : “Ah, benar. Itu dia! Terimakasih! Darimana kamu menemukannya?” *dia menerima cincinnya dan tersenyum
Aoki : “Tadi pagi kamu tidak sengaja menjatuhkannya ketika kita bertabrakan tadi pagi.”
Lelaki : “Terima kasih, ehhm?”
Aoki : “Keisuke Aoki. Panggil saja Aoki.”
Lelaki : “Ah, Aoki. Terimakasih banyak. Kalau tidak salah kita sekelas bukan?”
Aoki : “Sepertinya begitu.”
Lelaki : “Bagus! Aku merasa kita bisa menjadi teman baik. Namaku Hinata, Koyama Hinata. Jika aku memanggilmu Aoki maka kamu juga harus memanggil nama depanku.”
Aoki : “Salam kenal, Hinata.”
Perempuan : “Uhm, aku Yamase Mizu. Salam kenal, Aoki.”
Aoki : “Salam kenal, Mizu.”
Setelah itu kami bertiga pulang bersama. Aku merasa hari pertama bersekolah disini sangat menyenangkan. Aku mendapat teman baru dan sekali lagi tidak ada anak yang se SMP denganku.
---HARI PERTAMA END ---

Comments

Popular posts from this blog

Satu Atap - Misi