Ia
Ini adalah kesekian kalinya aku
bertemu dengan ia dalam sehari. Tidak biasanya kami berpapasan, apalagi saling
berpandangan. Perubahan atmosfer secara drastis dan tiba-tiba setiap kali mata
kami bertatapan. Membuat jantungku berdetak lebih kencang. Nafasku terasa
berat. Namun perasaan bahagia memenuhi relung hati kecilku. Walau sekejap, hal
itu tak dapat kulupakan dalam hitungan jam, bahkan hari. Hal tersebut membekas
di hati, terekam di memori otak dan tersimpan untuk jangka waktu yang relative
lama.
Lidah yang selalu kelu karena
kami telah lama tak bercengkrama kadang kurasa. Namun senyum kami selalu
merekah setiap kali bertemu.
Aku, telah jatuh hati padanya
semenjak kami berada pada kelas yang sama saat SMP. Aku yang dulunya telah
mengikat hubungan terlebih dahulu dengannya,
hanya dapat memandangnya dari jauh dan mencoba meluluh-lantahkan perasaan saat
itu.
Aku telah memilikinya, orang yang berharga bagiku.
Mungkin itulah yang terpikir
olehku. Dulu.
Ya, orang yang kumiliki di masa
lalu memang amatlah baik. Hari-hari kami jalani bersama dengan segala tawa,
canda, dan duka. Kami saling mengeri satu sama lain dan saling memahami.
Begitulah seperti halnya hingga suatu saat dia menyadari perasaanku kepada ia.
Di tahun kedua kami di sekolah
menengah pertama, ketika hujan mulai turun membasahi halaman luas sekolah kami,
aku dan juga dia, duduk bersebelahan saling menatap langit, menatap dahan-dahan
yang bergoyang, membicarakan perasaan yang selama ini berusaha kami jaga…
Hubungan kami berakhir…
Bukan bearti kami tidak lagi
saling menyayangi. Sejujurnya, hal itu masih kami rasakan, jelas.
Dua tahun berlalu…
Aku dan dia mulai terpisahkan
oleh jarak. Sekarang kami tak lagi di sekolah yang sama. Sedangkan aku dan ia, meski tak berada di kelas yang sama,
aku merasa sangat bersyukur.
Kami mungkin telah saling
menyadari perasaan satu sama lain. Kedekatan kami semakin dekat di akhir
semester terakhir sekolah menengah pertama meski hampir tidak ada kontak dalam
tiga bulan setelahnya. Aku merasa bersyukur.
Kami memang belum menjalin suatu
hubungan spesial. Tapi perjumpaan kami sudah cukup. Menggetarkan hati.
Mampu membuat rona merah di mukaku bermekaran.
***
Di pertengahan bulan November,
saat hujan mulai kembali mengguyur, menyegarkan udara kota Sidoarjo yang telah
tercemar polusi, mengingatknku akan kenangan masa lalu. Nostalgic, manis, meski sedikit mengiris hati. Aku menatap langit
kelabu. Butiran-butiran air turun melalui celah-celah kapiler sang kumulus. Terbang
jauh menuju tingkatan yang lebih tinggi, lalu mencair, luluh, menuju daratan
luas yang telah rindu akan kesejukannya. Rintik-rintik yang menyetuh kamboja di
hadapanku, menyatakan suatu perasaan yang mungkin sedang kurasakan. Bagai air
mata bahagia, rasa syukur atas segala rasa kangen.
Ia , duduk bersama, ikut menatap awan, menikmati bunyi hujan dan
aromanya yang khas. Kami dapat melihat
satu sama lainnya meski terpisahkan oleh jalan setapak yang tak terlalu lebar,
meski saling terhalang oleh tetesan-tetesan hujan.
Tersenyum, satu sama lain…
Indah sekali ^_^
ReplyDeleteboleh gak saya repost di Akira?
ReplyDeletehttp://komikanimasi.web.id/forums/tulisan.28/
terimakasih, Kak ^^
Deletesilahkan :)